The Effect of Teachers' Self-Efficacy on Inclusive Education Services for Special Needs Children in Inclusive Schools

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia, termasuk anak berkebutuhan khusus. Dalam sistem pendidikan inklusif, mereka mendapatkan kesempatan belajar di lingkungan bersama siswa lainnya, sesuai amanat UU No. 20 Tahun 2003 dan Permendiknas No. 70 Tahun 2009. Tujuannya adalah memberikan hak yang setara, meningkatkan interaksi sosial, serta mengurangi diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus. Namun, meski sudah ada lebih dari 17.000 sekolah inklusif di Indonesia hingga 2021, tantangan kualitas pelaksanaan pendidikan inklusif masih besar. Persiapan seperti kompetensi guru, manajemen kelas, dan rasio siswa-guru menjadi kendala utama yang perlu diatasi untuk memastikan keberhasilan pendidikan inklusif.
Efikasi diri guru menjadi kunci keberhasilan dalam mengelola kelas inklusif. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang bahwa mereka mampu menghadapi situasi tertentu untuk mencapai hasil positif. Guru dengan efikasi diri tinggi lebih percaya diri dalam mengadopsi metode pengajaran inovatif, mengelola keberagaman siswa, dan menangani tantangan di kelas inklusif. Penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri guru memengaruhi sikap mereka terhadap layanan pendidikan inklusif, di mana guru dengan efikasi tinggi cenderung memiliki sikap positif terhadap keberhasilan pendidikan inklusif. Hal ini sejalan dengan pendapat Bandura (1977) dan penelitian lain seperti Loreman, Sharma, & Forlin (2013).
Penelitian dilakukan pada 12 sekolah dasar inklusif di Surabaya, menggunakan pendekatan kuantitatif dengan instrumen MATIES dan TEIP. Hasilnya, sebagian besar guru (94,4%) memiliki efikasi diri tinggi, yang berbanding lurus dengan sikap positif terhadap pendidikan inklusif (84,29%). Analisis regresi menunjukkan bahwa efikasi diri guru berkontribusi sebesar 16% terhadap sikap mereka terhadap layanan inklusif. Meski kontribusinya tidak dominan, hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan efikasi diri guru dapat menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas pendidikan inklusif. Sisanya, 84%, dipengaruhi oleh faktor lain seperti budaya sekolah, kompetensi guru, dan kolaborasi antar pemangku kepentingan.
Efikasi diri guru tidak hanya berdampak pada layanan pendidikan inklusif, tetapi juga pada keterlibatan kerja dan kemajuan institusi sekolah. Guru yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih terlibat, bertanggung jawab, dan mampu memberikan dampak positif pada siswa maupun institusi. Oleh karena itu, upaya peningkatan efikasi diri guru menjadi penting. Beberapa cara yang dapat dilakukan meliputi penguatan budaya ramah disabilitas di sekolah, pelatihan inklusif, dan kolaborasi dengan komunitas. Langkah-langkah ini diharapkan mampu meningkatkan keyakinan guru dalam mengelola kelas inklusif secara efektif.
Sikap positif terhadap pendidikan inklusif juga dipengaruhi oleh efikasi diri guru yang tinggi. Dalam penelitian ini, guru dengan efikasi diri tinggi merasa percaya diri menggunakan strategi pengajaran yang inklusif, bekerja sama dengan orang tua, dan mengatasi perilaku siswa yang menantang. Ini menunjukkan bahwa efikasi diri tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada bagaimana mereka berinteraksi dengan komunitas pendidikan inklusif. Dengan demikian, meningkatkan efikasi diri guru merupakan salah satu langkah strategis untuk memperkuat pelaksanaan pendidikan inklusif di Indonesia.
Temuan ini juga menegaskan pentingnya kerja sama antar pemangku kepentingan untuk meningkatkan efikasi diri guru. Kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas dapat membangun lingkungan yang mendukung pengajaran inklusif. Selain itu, program pelatihan dan sosialisasi tentang inklusi dapat membantu guru lebih memahami kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Dengan meningkatkan kompetensi dan keyakinan guru, diharapkan mereka dapat menghadapi tantangan yang ada dengan lebih baik, serta menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung semua siswa.
Kesimpulannya, efikasi diri guru memiliki peran penting dalam layanan pendidikan inklusif. Dengan efikasi diri yang tinggi, guru mampu menjadi fasilitator yang efektif bagi siswa berkebutuhan khusus. Namun, tantangan tetap ada, seperti kurangnya kompetensi dan budaya sekolah yang belum inklusif. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan efikasi diri guru melalui pelatihan, kolaborasi, dan penguatan budaya sekolah. Dengan demikian, pendidikan inklusif di Indonesia dapat terus berkembang, memberikan kesempatan yang setara bagi semua siswa.
A Journal by: Devina Rahmadiani Kamaruddin Nur.